Cinta kasih, kasih sayang,
kemesraan, pemujaan, dan belas kasihan merupakan bagian hidup diri manusia.
Bentuk-bentuk kehidupan yang dipenuhi rasa cinta kasih dan kasih sayang dapat
membangkitkan kreativitas manusia. Untuk mengungkapkan rasa kasih sayang dan
cinta kasih dapat melalui beberapa media. Melalui media bahasa, lahirlah seni
sastra; dengan media garis, warna, dan bentiik, lahirlah seni rupa; dengan
media nada, irama, dan suara, lahirlah seni musik, dan lain-lain.
Pengkajian makna seni budaya
sebagai manifestasi cinta kasih, kasih sayang, dan belas kasihan terutama yang
berkaitan dengan norma, moral dan nilai dimaksudkan untuk mengembangkan
kepnibadian dan wawasan pemikiran. Hal mi. berarti akan memperluas daya
tanggap, persepsi, dan penalaran mengenai fakta seni budaya yang dihadapi
keseharian.
Menurut Purwodarminto, cinta
kasih adalah perasaan sayang, perasaan cinta, dan perasaan suka pada seseorang.
Secara sederhana cinta dapat dikatakan sebagai paduan rasa simpati antara dua
makhluk. Rasa simpati ini tidak hanya berkembang di antara pria dan wanita,
akan tetapi dapat pula di antara pria dengan pria atau wanita dengan
wanita.Dalam kehidupan keluarga, kasih sayang atau cinta kasih merupakan kunci
kebahagiaan. Dalam kasih sayang, sadar atau tidak sadar dan masing-masing pihak
dituntut rasa tanggung jawab, pcngorbanan, kejujuran, saling percaya, saling
pengertian, saling terbuka, sehingga keduanya merupakan kesatuan yang utuh.
Bila salah satu unsur kasih sayang itu hilang, sebagai misal tanggung jawab,
maka retaklah keutuhan rumah tangga itu. Kasih sayang yang tidak disertai
kejujuran juga dapat mengancam kebahagiaan rumah tangga yang telah terbina.
Cinta kasih memang sangat terkait
dengan kehidupan manusia. Hampir semua manusia mengatakan bahwa cinta adalah
sesuatu yang penting dalam hidup. Namun dalam kehidupan sehari-hari kebanyakan
orang tidak pernah berpikir tentang apa dan bagaimana cinta itu. Padahal
menurut Erich Fromm, cinta dapat diibaratkan sebagai suatu seni sebagaimana
bentuk seni lainnya, sangat memerlukan pengetahuan dan latihan untuk dapat
menggapainya.
Agar dapat memahami cinta kasih
secara mendalam, berikut akan diuraikan tentang cinta dalam kehidupan
sehari-hari yang selalu menjadi masalah hangat untuk diperbincangkan. Dalam
membina gerakan cinta, yang pertama perlu cepat disadari bahwa yang disebut
cinta sama sekali bukan nafsu. Sulit dihindari bahwa atas dasar cinta murni
yang dirasakan seseorang terhadap orang lain yang berlawanan jenisnya, akhirnya
akan bermuara pada perkawinan, yang akan berlanjut pula pada hubungan seksual.
Oleh karena itu, rasanya sulit diterima bahwa seseorang menyatakan cinta
sejati.
Perbedaan cinta dengan nafsu dapat dijelaskan sebagai berikut :
a. cinta bersifat manusiawi. Pada
manusia cinta dapat tumbuh dan berkembang, sedangkan pada binatang hanya
terbatas pada nalurinya untuk melindungi.
b. cinta bensifat rohaniah,
sedangkan nafsu sifatnya jasmaniah. Luapan cinta seseora memberikan semangat
dalam hidupnya dan bagi yang menerimanya dirasakan sebagai kebahagiaan.
Sementara nafsu yang jasmamah cenderung untuk memuaskan dorongan seksual.
c. cinta menunjukkan perilaku
memberi, sedangkan nafsu cenderung menuntut. Pemberian cinta dilakukan secara
halus karena rohaniab sifatnya, sedangkan dorongan nafsu mudah dilakukan
sebagai paksaan.
Menurut Erich Fromm (1983), cinta
itu terutama memberi bukan menerima dan memberi merupakan ungkapan paling
tinggi dan kemampuan. Hal yang paling penting dalani memberi adalah yang
sifatnya manusiawi, bukan materi. Cinta selalu menyatakan unsur unsur dasar
tertentu, yaitu pengasuhan, tanggung jawab, perhatian, dan pengenalan. Dalam
pengasuhan, contoh yang paling sederhana adalah cinta kasih seorang ibu dalarn
mengasuh anaknya dengan sepenuh hati. Tanggung jawab adalah suatu tindakan yang
benar benar berdasarkan atas suka rela, seperti hubungan antara ayah dengan
keluarganya. Tanggung jawab biasanya wujud penyelenggaraan atas kebutuhan
fisik. Perhatian merupakan suatu perbuatan yang bertujuan untuk mengembangkait prihadi
orang lain, terutama agar mau membuka dirinya, memperhatikan sebagaimana
seharusnya.
Dalam cinta yang sejati selalu
ada kesungguhan untuk mem bangun hubungan cinta yang ideal dalam mewujudkan
kehidupan yang terbaik. Cinta itu bersifat timbal balik. Cinta itu sebenarnya
praktis, cinta memperbolelikan satu sama lain memperoleh kemajuan dan
kesalahan-kesalahannya. Sebagai ekspresi cinta antara seorang pria dan wanita,
tindakan seksual memperbarui dan menguatkan, membangkitkan kembali kesadaran
insting mereka berdua, misalnya untuk bercinta, untuk bertahan hidup dalam
penderitaan dan kemalangan, dan untuk menikmati kehidupan mereka bersama.
Menurut Sarlito W Sarwono (dalam
Supartono,1996) bahwa cinta ideal memiliki tiga unsur, yaitu keterikatan,
keintiman, dan ikatan adalah adanya perasaan untuk bersama dia, secara
totalitas untuk dia, tidak mau bersama orang lain kecuali dengan dia.
Keintiman, yaitu adanya kebiasaan-kebiasaan dari lingkungan yang menunjukkan
bahwa antara anda dan dia sudah stidah nyaris tak ada jarak lagi.
Panggilan-panggilan formal seperti Ibu, Saudara telah digantikan dengan
memanggil sebutan, seperti sayang. Makan dan minum dalam satu piring atau
cangkir tanpa rasa risi, saling memakai uang tanpa rasa berutang, tidak saling
menyimpan rahasia, dan sebagainya. Kemesraan, yaitu adanya rasa ingin membelai
atau dibelai, rasa rindu jika lama tak ketemu, ungkapan-ungkapan yang
mengungkapkan rasa sayang, saling mencium, merangkul, dan sebagainya.
Berbagai Bentuk Cinta
Dalam buku “Seni Mencintai”,
Erich Fromm (1983) mengartikan cinta sebagai sikap, suatu orientasi watak yang
menentukan hubungan pribadi dengan dunia keseluruhan, bukan menuju satu “objek”
cinta. Ta mengemukakan tentang macam-macam cinta, yaitu cinta persaudaraan,
cinta keibuan, cinta erotis, cinta diri sendiri, dan cinta pada Allah SWT.
Bersumber dari cinta-cinta tersebut, manusia memberikan kasih sayangnya kepada
yang lain, terutama kepada sesama manusia dalam mewujudkan hubungan pnibadinya.
1. Cinta Persaudaraan
Cinta persaudaraan (agape dalam
bahasa Yunani) diwujudkan manusia dalam tingkah laku atau perbuatannya. Cinta
per saudaraan tidak mengenal adanya batas-batas manusia yang berdasarkan suku
bangsa, bangsa, ataupun agama. Dalam cinta mi semua manusia sama, yaitu sebagai
makhluk ciptaan Allah.
Cinta persaudaraan pada umumnya
melekat dengan sikap tanpa pamrih. Secara filosofis dibuatkan dengan jargon
“cintailah sesamamu sepertiengkau mencintaidirimu sendiri”.
2. Cinta Keibuan
Kasih sayang yang bersumber pada
cinta keibuan yang paling ash adalah yang terdapat pada seorang ibu terhadap
anak kandungnya. Seorang ibu yang memperoleh benih anak dan suaminya tercinta
akan memeliharanya secara hati-hati dan penuh kasih sayang. Setelah anak lahir
melalui penderitaan yang hebat dan ibu, dirawat dan diasuhlah anak dengan penuh
kasih sayang. Dalam proses pengasuhan itu terdapat serangkaian tugas yang harus
dilakukan ibu, yaitu menyusui, merawat, menemani, memandikan, membelai, dan
sebagainya. Bagi seorang ibu tidak ada harta yang paling berharga kecuali
kehadiran anak, yang dianggap sebagai buah hati.
3. Cinta Erotis
Kasih sayang yang bersumber dan
cinta erotis (sifat membirahikan), memang merupakan suatu yang sifatnya
eksklusif sehingga sering memperdayakan cinta yang sebenarnya. Hal mi terjadi
karena antara cinta dan nafsu dipersepsikan secara sama. Padahal jika dicermati
secara seksama, keduanya memihiki pengertian yang berbeda bahkan bertolak
belakang. Kasih sayang dalam cinta erotis merupakan kontak seksual yang ash dan
yang ideal bersumber dan cinta. Kasih sayang erotis dapat menjadi perekat
hubungan suami istri dalam membina hidup berkeluarga.
4. Cinta Diri Sendiri
Pada din individu, di samping
harus mencintai sesama juga ada keharusan mencintai din sendiri (self love).
Banyak orang menafsirkan bahwa cinta kepada din sendiri identik dengan &
Jika hal mi yang terjadi maka cinta pada din sendiri int nilai negatif. Namun
esensi mencintai din sendiri Incrigurus din sendiri sehingga kebutuhan jasmani
dan rohaninya terpenuhi secara wajar. Setiap individu wajib niencintai dininya
sendiri.
5. Cinta pada Allah
Cinta pada Allah merupakan
perwujudan pengabdian manusia ketika hidup di dunia. Orang yang cinta pada
Allah umumnya disebut religius atau taat beragama.
Hakikat Cinta
Eksistensi manusia adalah
koeksistensi. Tidak ada manusja yang bisa hidup sendirian tanpa adanya orang
lain, dan kekuatan yang menyatukan manusia dengan manusia lain ialah cinta.
Relasi antara manusia tidak akan berarti tanpa didasarkan atas cinta.
Cinta membuat “aku” dan “kamu”
menjadi “kita”. Dan “kita” adalah communion (kebersamaaan). Untuk mencapai
kebersamaan yang ideal diperlukan keterbukaan dan kesediaan tiap manusia untuk
membangun relasi antar pribadi yang bersifat kreatif, maka jelaslah bahwa cinta
merupakan kebutuhan dasar bagi perkembangan hidup manusia.
Jika kebutuhan ini tidak
dipenuhi, maka orang akan mengalami gangguan serius. Manusia membutuhkan cinta
seperti halnya makanan, karena itu cinta harus diupayakan terus agar tidak
punah. Caranya orang harus saling memberikan cinta.
Keadilan dan Cinta > “Betas
kasih di atas keadilan”, pernyataan tersebut dikatakan apabila yang memberi
betas kasih itu juga yang memiliki hak, Misalnya seseorang tertangkap sedang
melakukan kejahatan, kemudian ia meminta maaf kepada orang banyak supaya diberi
belas kasih, tidak dibawa ke kantor polisi. Hukuman kepada pencuri itu adalah
hak warga masyarakat.
Cinta Sejati > Ada pandangan
yang menyebutkan bahwa cinta sejati dapat diwujudkan oleh manusia.
Alasannya
ada 2, yaitu:
1. Cinta sejati bukan objek
statis, tetapi situasi yang terus berkembang ke kehidupan yang lebih bahagia.
Ini tidak mungkin diupayakan dengan sekali langkah, melainkan melalui proses
jatuh bangun berkali-kali.
2. Karena manusia memiliki
dimensi rohani yang bersifat tak terbatas. Dengan terbuka terhadap daya rohani
itulah dapat diwujudkan suasana damai dan bahagia. Contoh cinta sejati adalah
cinta ibu kepada anaknya.
SUMBER :
eviepaddri89.files.wordpress.com/2011/04/ilmu-budaya-dasar.html