Manusia adalah sesuatu yang
indah, karena mereka menyukai terhadap
keindahan alam maupun terhadap keindahan seni. Keindahan alam adalah
‘keharmonisan yang menakjubkan dan hukum-hukum alam”, yang dibukakan untuk mereka
yang mempunyai kemampuan untuk menerimanya. Sedangkan keindahan seni adalah
keindahan buatan atau hasil ciptaan manusia, yaitu buatan seseorang (seniman)
yang mempunyai bakat untuk menciptakan sesuatu yang indah, scbuah karya seni.
Rata-rata manusia terhadap yang indah tentu mengambil sikap terpesona.
Bahwasannya tidak scmua orang memuliki kepekaan keindahan itu memang benar,
tetapi pada umumnya manusia mempunyai perasaan keindahan.
Keindahan yang diperbincangkan
dalam tulisan ini adalah keindahan seth, sehingga tidak terlepas dan
pembicaraan tentang seni atau karya seni (keindahan seni, seni sebagai intuisi
dan cita-cita seni). Keindahan tentang seni telah lama menarik perhatian para
ahli atau filosof, sejak jaman Plato sampai jaman modern sekarang ini. Teori
tentang keindahan seni (artistik) muncul, karena mereka berpendapat bahwa seni
adalah pengetahuan per septip pcrasaan yang khusus. lstilah “estetika”, yang
dikemukakan untuk pertama kali oleh Baumgarten, dipergunakan untuk membicarakan
teori tentang keindahan seni (artistik). Kemudian pengertian estetika
berkenibang, akhir-akhir ini diberi arti sebagai “ilmu pengetahuan tentang
seni”.
Maka itu urutan uraian tentang
keindahan dalam tulisan ini disusun sebagai berikut
I) Pengertian keindahan,
2) Teori tentang keindahan dan
seni (estetika),
3) Pcrasaan keindahan
(sensibilitas estctik), dan
4) Keindahan seni yang meliputi
seni sehagai intuisi dan cita-cita seni.
1. PENGERTIAN KEINDAHAN
Ada banyak batasan yang diberikan
pada kita, yang sanipai sekarang belum ada kata sepakat tentang definisi
keindahan yang obyektif. Mengenai batasan keindahan pada umumnya dapat
digolongkan pada 2 kelompok, yaitu:
(a). Definisi-definisi yang
bertumpu pada obyek (keindahan yang obyektif )
(b). Definisi-definisi yang bertumpu
pada subyck (keindahan yang subycktif).
Atas dasar kcdua pokok penilaian
itu, keindahan dapat ditinjau dan makna yang obycktif dan juga dan segi yang
subyektif.
Yang disebut keindahan obyektif
ialah keindahan yang memang ada pada obyeknya, yang diharuskan menerima
sebagaimana mestinya. Sedangkan yang disebut keindahan subyektif, adalah
keindahan yang biasanya ditinjau dan segi subyck yang diharuskan mcnghayatinya.
Dalam ha! mi keindahan adalah segala sesuatu yang dapat mcnimbulkan rasa senang
pada din si penghayat tanpa diiringi keinginan-keinginan terhadap segala
sesuatu yang praktis untuk kebutuhan-kebutuhan pribadi.
Menurut Hebert Read : Jadi
keindahan itu adalah sesuatu kesatuan hubungan-hubungan yang formal daripada
pcngamatan yang dapat menimbulkan rasa senang (Beauty is unity of format
relation among our sence perceptions). Atau keindahan itu merangsang timbulnya
rasa senang tanpa pamrih pada subyck yang melihatnya, dan bertumpu kepada
ciri-ciri yang terdapat pada obyek yang sesuai dengan rasa senang itu.
Batasan keindahan yang
dikemukakan oleh Hebert Read tersebut di atas, dikatakan yang paling mendekati
kebenaran. Tetapi apabila kita telah lebih dalam, batasan Hebert Read itu
terlalu ditentukan oleh subyck dan dianggap sebagai perpaduan unsur-unsur
pengamatan. Jadi batasan Hebert Read itu sifatnya terlalu sensual (jasmaniah),
kurang ditinjau dan segi obyek yang diamati yang memiliki keindahan itu.
Keindahan itu tidak hanya merupakan pcrpaduan dan peng amatan panca indera
semata-mata, tetapi lebih daripada visual melulu, lebih dalam lagi, juga
merupakan pcrpaduan pengamatan batiniah. Pengertian keindahan tidak hanya
terbatas pada kenikmatan penglihatan saja, tetapi juga termasuk kenikmatan
spiritual.
Berdasarkan pandangan tersebut di
atas, maka kita dapatkan batasan keindahan yang bermacam-macam, sebanyak para
ahli yang memberi batasan itu. Di bawah ini dikemukakan beberapa diantaranya
adalah:
1. Menurut Leo Tolstoy (Rusia)
> Dalam bahasa Rusia tcrdapat istilah yang serupa dengan keindahan yaitu
“krasota”, artinya that wich pleases the sigh atau suatu yang mendatangkan rasa
yang menyenangkan bagi yang melihat dengan mata. Bangsa Rusia tidak punya
pengertian keindahan untuk musik. Bagi bangsa Rusia yang indah hanya yang dapat
dilihat mata (Leo Tolstoy). Jadi menurut Leo Tolstoy, keindahan itu adalah
sesuatu yang mendatangkan rasa menyenangkan bagi yang melihat.
2. Menurut Alexander Baurngarten
(Jerman).> Keindahan itu dipandang scbagai kcseluruhan yang mcrupakan
susunan yang teratur daripada bagian-bagian, yang bagian-bagian itu crat
hubungannya satu dengan yang lain, juga dengan keselunuhan. (Beauty is on of
parts in their manual relations and in their relations to the whole).
3. Menurut Sulzer.> Yang indah
iu hanyalah yang baik. Jika bcluni haik, ciptaan itu bclum indah. Keindahan
hartis dapat memupuk pcrasaan moral. Jadi ciptaan amoral adalah tidak indah,
karena tidak dapat digunakan untuk memupuk moral.
4. Menurut Winchelman.>
Keindahan itu dapat terlepas sama sekali daripada kebaikan.
5. Menurut Shaftesbury
(Jerman).> Yang indah itu adalah yang memiliki proporsi yang harmonis.
Karena yang proporsinya harmonis itu nyata, maka keindahan itu dapat disamakan
de-ngan kebaikan. Yang indah adalah yang nyata dan yang nyata adalah yang baik.
6. Menurut Humo (Inggris).>
Keindahan adalah sesuatu yang dapat mendatangkan rasa senang.
7. Menurut Hemsterhuis (Belanda)
>Yang indah adalah yang paling banyak mendatangkan rasa senang dan itu
adalah yang dalam waktu sesingkat-singkatnya paling banyak mcmberikan
pengamatan-pengamatan yang mcnycnangkan itu.
8. Menurut Emmanuel Kant.>
Meninjau keindahan dan 2 segi. Pertama dan segi arti yang sub ycktif dan kedua
dan segi arti yang obyektif.
(a). Yang subyektif.
Keindahan adalah sesuatu yang
tanpa dircnungkan dan tanpa sangkut paut dengan kegunaan praktis, tetapi
mendatangkan rasa senang pada si penghayat.
(b). Yang obyektif.
Keserasian dan suatu obyek
terhadap tujuan yang dikandungnya, scjauh obyek ini tidak ditinjau dan segi
gunanya.
9. Menurut at – Ghazzali.>
Keindahan sesuatu benda terletak di dalam perwujudan dan kcscmpurnaan, yang
dapat dikenali kembali dan sesuai dengan sifat bcnda itu. Bagi setiap benda
tcntu ada pcrfcksi yang karakteristik, yang berlawanan dengan itu dapat dalam
keadaan-keadaan tertenlu mcnggan tikan perfeksi karakteristik dari benda lain.
Apabila semua sifat-sifat yang mungkin terdapat di dalam sebuah benda itu
merupakan representasi keindahan yang bernilai paling tinggi; apabila hanya
sebagian yang ada, maka benda itu mempunyai nilai keindahan sebanding dengan
nilai-nilai keindahan yang terdapat di dalamnya.
Misalnya sebuah karangan
(tulisan) yang paling indah ialah yang mempunyai semua sifat- sifat perfeksi
yang khas bagi karangan (tulisan), seperti keharmonisan huruf-huruf, hubung an
arti yang tcpat satu sama lainnya, pelanjutan dan spasi yang tepat dan susunan
yang mcnyenangkan.
Di samping lima rasa (alat) untuk
mengemukakan keindahan di alas, al Ghazzali juga menambahkan rasa keenam, yang
disebutnya dengan ‘ (ruh, yang disebut juga sebagai “spirit”, “jantung
“pemikiran”, “cahaya”), yang dapat merasakan keindahan dalam dunia yang lebih
dalam (inner world) yaitu nilai-nilai spiritual, moral dan agama.
Dari batasan tersebut di atas,
keindahan sebagai pengertian mem punyai arti yang relatif berdasarkan
subyeknya. Oleh karena keindahan itu relatif, maka sebaiknya meninjau seni
(anpa sangkutnya dengan keindahan.
2. ESTETIKA (TEORI TENTANG
KEINDAHAN DAN SENI)
Manusia memiliki sensibilitas
esthetis, karena itu manusia tak dapat dilepaskan dan keindahan. Manusia
membutuhkan keindahan dalam kcsempurnaan (keutuhan) pribadinya. Tanpa estetika
mi, kemanusiaan tidak lagi mempunyai perasaan dan semua kehidupan akan menjadi
steril. Dcmikian cratnya kehidupan manusia dengan keindahan, maka banyak para
ahli/ccndckiawan mengadakan studi khusus tentang keindahan.
Teori tentang keindahan dan seni
dikembangkan dan pengertian “estetika”. Aslinya estetika berarti ‘ tentang ilmu
penginderaan” yang sesuai dengan pengertian etiinologisnya. Tetapi kemudian
diberi pengertian yang dapat ditenima lebih luas ialah teori tentang keindahan
dan seni”.
Filosof yang pertama
memperlakukan estetika sebagai suatu bidang studi khusus ialah Baumgarten (1735).
Baumgarten mengkhususkan penggunaan istilah ‘estetika” untuk teori tentang
keindahan artistik, karena ia berpendapat seni sebagai pengetahuan perseptif
perasaan yang khusus. Tetapi filosof lain yaitu Kant tidak sependapat, sehingga
ia tidak pernah menggunakan istilah estetika dalam memperbincangkan teori
tentang kein dahan dan seni.
Aristoteles menggunakan istilali
“puitik dan ‘ untuk teori keindahan artistik, yang oleh Baumgarten dijadikan
bagian khusus dan estetika.Dahulu estetika dianggap sebagai suatu cabang
filsafat, sehingga memiliki atau diberi pengertian sebagai sinonim dan
‘filsafat seni. Tetapi sejak akhir abad 19, lebih-lebih akhir- akhir ini ada
suatu gejala yang menekankan sifat-sifat imperis, oleh karena itu menganggap
sebagai “ilmu pengetahuan tentang seni”.
Dalam sejarah peradaban manusia,
perhatian pada estetika demikian menonjOl dan berpengarUh langsung atau tidak
langsung memprakarsai aspek-aspek kehidupan intelcktual dan spiritual dalam
masyarakat. Bangsa Yunani kuno telah menyadari betapa pentingnya anti keindahan
dan seni dalam konsep hidup manusia. Dan bangsa Timur (termasuk Indonesia)
bahkan lebih tinggi mcnempatkan penhingnya keindahan dan seni dalam konsep
hidupnya. hasil-hasil karya seniman timur, merupakan penampilan ekspresi tertinggi
tentang kebutuhan spiritual ini. Bangsa bangsa Timur seperti halnya Plato
melihat adanya hubungan harmonis an tara seni dan keindahan. Bangsa Indonesia
telah mempcnlihatkan hal mi sejak sebelum kedatangan orang-orang Hindhu di
Indonesia. Menurut Prof. H. Muhammad Yamin yang dikemukakan dalam bukunya 6000
tahun Sang Merah Putih”, yang dikutip dan pendapat Kern, bahwa bangsa Indonesia
sebelum datangnya orang-orang Hindhu di Indonesia telah memiliki tujuah
kepadaian Austronesia, yaitu:
Pandai bersawah berladang.
Pandai beternak dan menyalurkan
air.
Pandai bcnlayar dan melihat
bintang.
Berkepercayaan sakti yang
teratur.
Berkesenian rupa, pahat dan
logam.
Bersatuan masyarakat dan tata
negara.
Berpenghormatan sang Merah Putih.
Berdasarkan kepandaian yang tujuh
tersebut di atas, dalam jaman prascjarah itu sungguhlah jikalau kita pikirkan
meriahnya hidup kepercayaan yang melahirkan kesenian di lapangan kewarnaan,
kepahatan, kelogaman dan keukiran serta pengertian tentang ilmu hitung.
Dan kctcrangan tersebut di atas,
bangsa Indonesia tclah terbukti bahwa sejak masa prasejarah telah mcncmpatkan
pentingnya arti keindahan seni dalam konsep hidupnya. Beberapa bukti yang telah
sampai ke jaman kita sekarang mi mcnunjukkan hal itu. Waruga, yaitu kubunan
batu yang terdapat di Gunung Kidul di sebelah selatan Yogyakanta, Pascmah dan
Jawa Timur, yang usianya barangkali lcbih tua daripada jaman perunggu In
donesia, di antara Waruga itu ada yang menyimpan lukisan berwarna-warna. Satu
daripadanya melukiskan bendera mcrah putih yang berkibar di bclakan.g scorang
perwira menunggang kcrbau, sepcnti yang berasal dan kaki gunung Dompu.
Demikian dan itulah beberapa
bukit bahwa bangsa Indonesia telah menyadari scjak jaman dahulu kala, bctapa
pcntingnya arti keindahan dan seni dalam konsep hidupnya.
3. PERASAAN KEINDAHAN
(SENSIBILITAS ESTETIS)
Manusia dikatakan adalah makhluk
bcnpikir atau homosapiens. Tetapi manusia itu bukan semata-mata makhluk yang
berpikir, sekedar homo sapiens yang steril. Manusia disamping makhluk berpikin,
juga merasa dan mengindera. Melalui panca indera manusia dapat merasakan
sesuatu. Apabila manusia merasakan akan sesuatu itu menyenangkan atau
menggembirakan dan sebagainya, timbul perasaan puas. Demikian juga terjadi,
kepuasan timbul setelah seseorang melihat atau merasakan sesuatu yang indah.
Rasa kepuasan itu lahir setelah perasaan keindahan yang ada pada setiap orang
itu bangkit. Tiap-tiap orang memiliki pcrasaan keindahan.
KONTEMPLASI
Kontemplasi adalah suatu proses
bermeditasi, merenungkan atau berpikir penuh dan mendalam untuk mencari
nilai-nilai, makna, manfaat dan tujuan alau fiat suatu hasil penciptaan. Dalam
kehidupan sehari-hari, orang mungkin bcrkontcmplasi dcngan dirinya sendiri atau
mungkin juga dcngan benda-benda ciptaan Tuhan atau dengan peristiwa kehidupan
tertentu berkenaan dengan dirinya atau di luar dirinya. Di kalangan umum
kontemplasi diartikan sebagai aktivitas melihat dengan mata dan atau dengan
pikiran untuk mencari scsuatu di balik yang tampak atau tersurat. Misalnya
dalam ekspresi kita saat sedang berkontemplasi dengan bayang.bayang atau
dirinya di muka cermin.
Pengertian konlemplasi tersebut
sebenarnya bersumber pada berbagai kenyataan dalam kehidupan sehari-hari, yang
tampaknya bertentangan dcngan adat kebiasaan dan kcbudayaan bangsa dalam
hakikatnya yang selalu menghendaki perubahan. Itulah sebabnya manusia itu
menurut pembawaannya selalu berkepentingan concerned, dengan kontemplasi ;
sebagaimana menurut pembawaannya juga, manusja berkepentingan dengan segala
macam kegiatan dalam hidupnya. Hal-hal demikian juga berkaitan dengan tuntutan
individu dan masyarakat yang dinamis serta meningkat dalam latar setting
peradaban, civilazazion ilmu pengetahuan dan teknologi maju dunia.
SUMBER :
eviepaddri89.files.wordpress.com/2011/04/ilmu-budaya-dasar.html
0 komentar:
Posting Komentar